DASAR-DASAR PSIKOLOGIK
PENDIDIKAN JASMANI
BAB I
PENDAHULUAN
Para psikolog telah berusaha untuk menerangkan fenomena kegiatan
belajar dan berusaha juga untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
timbul seperti bagaimana kegiatan berlangsung dengan paling baik dan
hukum-hukum apa yang terlibat dalam kegiatan belajar. Pada dasarnya ada 2
kelompok teori belajar yaitu koneksionis dan teori kognitif. Teori
koneksionis mendasarkan diri pada huungan antara stimulus respons
sedangkan teori kognitif mendasarkan diri pada berbagai macam persepsi,
keyakinan atau sikap manusia terhadap lingkungan yang akan menentukan
tingkah lakunya. Dalam bab pembahasan akan dibicarakan beberapa teori
koneksionis yaitu teori Thorndike, teori kongtiguitas dari Guthrie,
teori Hull, dan teori konditioning dari Skinner sedangkan dari teori
kognitif akan dibicarakan teori gestalt serta teori sibernetik dan umpan
balik.
Dari latar belakang diatas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut :
- Teori Belajar Koneksionis
- Teori Belajar Kognitif
- Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
-
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi nilai tugas
yang diberikan oleh “Dosen Pengampu Mata Kuliah Dasar-dasar Penjas”
kami. Adapula tujuan lain kami dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan kami terhadap teori dasar psikologik pendidikan
jasmani.
BAB II
PEMBAHASAN
- Teori Belajar Koneksionis
Koneksionis berasal dari kata connect yang berasal dari bahasa
Inggris atau kata koneksi yang berasal dari bahasa Indonesia yang
berarti hubungan. Dalam teori ini koneksi / hubungan yang dimaksud
adalah hubungan antara stimulus dan respon. Stimulus dapat diartikan
sebagai pemberi rangsang atau pemberi aksi, sedangkan respon dapat
diartikan sebagai tanggapan atas rangsang yang diberikan oleh stimulus
atau reaksi.
Edward L. Thorndike (1874—1949) mengemukakan beberapa hukum belajar
yang dikenal dengan sebutan “Law of Effect”. Menurut hukum ini belajar
akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera
diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang atau kepuasan ini
bisa timbul sebagai akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran lainnya.
Stimulus ini termasuk reinforcement. Setelah anak didik berhasil
melaksanakan tugasnya dengan tepat dan cepat, pada diri anak didik
muncul kepuasan sebagai akibat sukses yang diraihnya. Anak didik yang
telah memperoleh suatu kesuksesan, pada giliran berikutnya akan
mengantarkan dirinya ke jenjang kesuksesan yang lebih tinggi. Teori
pembelajaran stimulus respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut
juga koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakekatnya belajar
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
Terdapat beberapa dalil atau hukum yang dikemukakan Thorndike, yang
mengakibatkan munculnya stimulusrespon ini, yaitu hukum kesiapan (
law of readiness), hukum latihan (
law of exercise) dan hukum akibat (
law of effect).
- Hukum Kesiapan
Menurut Thorndike, individu / siswa akan dapat belajar jauh lebih
cepat dan efektif bila ia telah siap. Kata siap dapat diartikan siap
secara menyeluruh, baik secara fisik maupun mental. Siap secara fisik
berarti kondisi tubuhnya siap untuk menerima materi belajar tersebut.
Misalkan seorang siswa mengalami sakit kepala yang berat, maka dapat
dikatakan ia tidak siap secara fisik sebab ia akan merasa kesakitan dan
hal ini menyebabkan ia sukar berkonsentrasi sehingga materi belajar
tidak dapat diserapnya secara baik. Siap secara mental juga berarti ia
siap secara psikologis. Tidak dalam kondisi bingung, takut, frustasi
sampai pada tahap yang lebih serius. Dengan kondisi mental yang prima
maka siswa akan siap untuk menerima materi ajar dengan baik. Apa yang
dapat disimpulkan dari hukum kesiapan ini ? Para calon pendidik
hendaknya memahami dengan seksama bahwa siswa akan dapat menerima materi
belajar dengan baik dan efektif bila siswa berada dalam kondisi siap
menyeluruh yaitu siap secara fisik dan mental. Hal ini berarti para
calon pendidik hendaknya belajar menciptakan kondisi belajar yang dapat
membuat dapat membuat siswa siap untuk belajar, siap secara fisik dan
mental.
- Hukum Latihan
Hukum ini kaitannya dengan perkembangan keterampilan dalam pendidikan
jasmani, praktek membentuk koordinasi dan gerakan ritmis yang lebih
bai,pengeluaran energi yang lebih sedikit, keterampilan yang lebih baik
dan untuk kerja yang lebih baik pula. Sebagai hasil dari praktek
terbentuk jalan kecil diantara stimulus dan respon sehingga jalan itu
menjadi lebih tegas dan permanen. ”Practice Makes Perfect” adalah slogan
yang banyak digunakan dalam dunia olahraga. Slogan tersebut dapat
berarti bahwa latihan dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan.
Apakah setiap latihan dapat meningkatkan kemampuan ? Tidak. Hanya
latihan terarah dan dilandasi dengan konsep yang benarlah yang dapat
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan.
- Hukum Pengaruh
Seorang individu cenderung untuk mengulangi pengalaman-pengalaman
yang memuaskan dan menyenangkan daripada pengalaman-pengalaman yang
mengganggu dan tidak menyenangkan. Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap
orang menyukai semua hal yang dapat menyenangkan dirinya. Ini adalah
kebenaran yang umum dapat diterima semua orang dan ini juga adalah
pendapat yang diutarakan oleh Thorndike. Implikasi dari hukum ini adalah
seorang calon pendidik hendaknya mampu memberikan pengaruh yang positif
dengan menciptakan situasi sedemikian rupa agar para siswa mengalami
keberhasilan serta mempunyai pengalaman belajar yang menyenangkan dan
memuaskan dirinya.
- Teori Kontinguitas dari Guthrie
Kontinguitas (hubungan) mengangdung arti bahwa suatu respons yang
dibangkitkan oleh suatu stimulus akan di ulang kapan pun respons yang
sama muncul kembali. Penguatan hubungan antara stimulus dan respons
berlangsung dalam suatu percobaan pertama. Dalam perkataan lain dapat
dinyatakan bahwa satu pola stimulus akan memperoleh kekuatan asosiasonya
yang paling kuat pada saat terjadi koneksi yang pertama kali dengan
respons yang bersangkutan. Pernyataan ini seolah-olah suatu hal yang
bertentangan, bahwa latihan tidakmenghasilkan kesempurnaan keterampilan.
Guthrie percaya bahwa karena hubungan dapat terjadi dengan percobaan
pertama dan berlangsung selamanya, maka tidak diperlukan lagi hadiah
atau motivasi yang lain dalam kegiatan belajar. Nemun pernyataan di atas
tidak berarti bahwa latihan itu tidak penting. Pengulangan itu perlu
untuk memperoleh keterampilan. Penguasaan suatu keterampilan atau
pemantapan keterampilan baru akan diperoleh melalui pengulangan dimana
setiap fase latihan akan mengembangkan kekompakan hubungan
stimulus-respons. Lebih lanjut dijelaskan bahwa respon yang benar perlu
dikembangkan pada setiap saat dan penampilan yang baik akan dihasilkan
bila siswa mampu mengasosiasi respons yang serasi dengan kunci gerakan
yang benar. Latihan itu berguna untuk memperlancar dalam melakukan lebih
banyak jumlah respons yang tepat dan benar.
- Teori Penguatan dari Hull
Menurut Hull (1984-1952) manusia mempunyai kebutuhan primer
(fisiologis) dan kebutuhan skunder (psikologis) yang selalu dalam
keadaan tak seimbang sehingga perlu segera dipenuhi. Hal ini menumbuhkan
suatu dorongan yang menimbulkan energiuntuk bertindak. Jika kebutuhan
itu terpenuhi maka dorongan akan berkurang. Berkurangnya dorongan akan
menimbulkan penguatan untuk mengadakan respons. Maka terjadilah proses
belajar yang tidak lain adalah membentuk kebiasaan.
- Teori Operant Conditioning dari Skinner
Teori ini menekankan pentingnya penguat dari respons sebagai faktor
yang paling menentukan dalam belajar. Operant berarti seperangkat
tindakan atau respons. Operant conditioning berarti proses belajar yang
menyebabkan respons makin sering terjadi dengan cara memberikan penguat
terhadap tindakan yang diharapkan. Setiap rangsangan merupakan unsur
penguat jika unsur tersebut meningkatkan peluang terjadinya respons.
Unsur penguat itu adadua macam
- Unsur penguat positif yaitu suatu stimulus yang diikuti oleh respon operan, akan memperkuat peluang respons yang bersangkutan.
- Unsur penguat negatif yaitu jika dihilangkan dan diikuti oleh respon
operan akan memperkuat peluang proses respons yang bersangkutan.
Contohnya : makanan merupakan unsur penguat positif bagi orang yang
sedang lapar, sementara suhu yang amat panas merupakan unsur penguat
negatif.
Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan
bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Gestalt bukanlah sebuah nama seseorang, namun nama dari teori
keseluruhan ini. Teori ini dikembangkan oleh beberapa ahli dari luar
negeri. Menurut teori Gestalt, ”semakin besar pengertian yang dimiliki
individu tentang tindakan yang lengkap, semakin baik kemampuan /
ketrampilannya”. Stau prinsip teori Gestalt yang paling penting
mempunyai implikasi-implikasi untuk pendidikan jasmani adalah teori
metode keseluruhan. Teori ini didasarkan pada dasar pikiran bahwa
seseorang bereaksi sebagai keseluruhan terhadap situasi apapun. Seluruh
individu berupaya untuk mencapai suatu tujuan. Lebih jauh lagi, semakin
besar pengertian atau pemahaman yang dimiliki oleh individu mengenai
tujuan yang diharapkan untuk mereka capai semakin besar tingkat
keterampilan aktivitas itu. Semakin besar pengertian yang dimiliki
individu tentang tindakan yang lengkap, semakin baik keterampilannya.
Sebagai contoh : Guru penjas mengajarkan teknik mendrible bola basket.
Agar para siswa memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan drible maka
guru harus menjelaskan dengan detail bagaimana posisi tangan sebelum
menyentuh bola, saat bersentuhan dengan bola serta bagaimana posisi
tangan setelah mendrible bola, bagaimana posisi dan sikap tubuh dll.
Dengan memberikan pengertian tentang serangkaian tindakan secara lengkap
maka diharapkan ketrampilan / kemampuan siswa akan meningkat.
- Teori Sibernetik dan Umpan Balik
Menurut teori ini, sistem kerja syaraf seperti halnya sistem kerja
komputer. Dalam proses belajar, terdapat beberapa tahapan dalam
pemrosesan informasi yaitu tahapan masukan, pengiriman, pemrosesan,
keluaran dan umpan balik. Umpan balik adalah bagian yang amat penting
untuk pencapaian tujuan belajar. Oleh karena itu, bila keluaran yang
dilakukan oleh para siswa belum mencapai tujuan belajar, maka pendidik
hendaknya memberikan umpan balik kepada siswa. Umpan balik dapat
dilakukan dengan memberikan pertanyaan, mengetes pemahaman siswa dll.
Umpan balik penting sekali untuk dilakukan oleh pendidik sebab dengan
memberikan umpan balik maka pendidik akan mengetahui sejauh mana
ketercapaian tujuan belajar. Bila tujuan belajar belum tercapai, maka
pendidik dapat memberikan masukan informasi yang lebih mudah dipahami
oleh para siswa. Informasi atau masukan dari pendidik tersebut akan
dikirim, diproses lebih lanjut oleh siswa dengan harapan agar target
tujuan belajar dapat tercapai.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Para calon pendidik seyogyanya memahami dengan baik faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar seorang individu. Dengan memahami dengan baik
faktor-faktor tersebut diharapkan para calon pendidik dapat meningkatkan
keberhasilan proses belajar mengajar.
- Motivasi
Berasalnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu motivasi internal
dan eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang berasal dan tumbuh
murni dari dalam diri seseorang individu tanpa mendapatkan pengaruh
dari orang lain dan pihak luar. Motivasi eksternal adalah motivasi yang
berasal dari luar diri seorang individu. Motivasi ini dapat berasal dari
keluarga, teman, orang lain bahkan musuh. Motivasi ini menggerakkan
seorang individu untuk melakukan suatu hal. Kedua jenis motivasi
tersebut adalah kuat dan penting namun motivasi internal adalah hal
utama untuk dapat lebih menggerakkan dan menggiatkan seorang individu.
- Kedewasaan
Kedewasaan belajar berkaitan erat dengan kemampuan seorang individu
untuk menjalankan tugas belajar yang dikehendaki. Penemuan yang paling
penting dari teori kedewasaan ini adalah ditemukan fakta bahwa kegiatan
belajar berjalan dengan paling cepat pada waktu pengalaman belajar yang
dialami individu sesuai dengan kemampuan intelektual dan jasmani mereka.
- Perbedaan – Perbedaaan Individu
Setiap individu adalah seseorang yang unik. Dikatakan unik sebab
tidak ada seorangpun di dunia ini yang memiliki kesamaan persis. Setiap
individu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan
individu sangatlah kompleks. Sebagai contoh ada siswa yang kaya dan
miskin, ceria dan pemurung, mudah marah dan sabar, pintar dan kurang
pintar, memiliki kemampuan fisik yang prima dan tidak fit, perbedaan
laki-laki dan perempuan dll. Seorang calon pendidik harus menerapkan
prinsip ini dengan sempurna sebab dengan memahami prinsip perbedaan
individu ini, calon pendidik dapat memahami dan menerima setiap individu
apa adanya tanpa membedakan mereka dengan individu lainnya serta
menggunakan pola pendekatan yang bervariatif untuk menghadapi beragam
individu untuk mencapai tujuan belajar yang lebih baik.
- Penguat
Penguat adalah serangkaian tindakan yang diberikan oleh pendidik
kepada siswa apabila siswa dapat melakukan tugas kerja yang dikehendaki
atau memberikan respon dengan baik. Penguat diberikan dengan tujuan agar
siswa dapat memberikan respon atau dapat melakukan tugas kerja yang
dikehendaki pada kemudian hari. Penguat dapat diberikan pendidik dalam
bentuk ucapan verbal, bahasa tubuh dll berupa pujian, penghargaan,
koreksi dan umpan balik. Pemberian penguat akan efektif bila dilakukan
dengan segera setelah siswa memberikan respon atau melakukan tugas
belajar dengan baik.
- Intelegensia
Setiap individu memiliki tingkat intelegensi atau kecerdasan yang
berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Perbedaan intelegensi
akan menyebabkan perbedaan tingkat pemahaman materi belajar antar siswa
satu dengan lainnya. Ada siswa yang mampu menyerap materi ajar dengan
sangat cepat, namun ada pula siswa yang memiliki daya serap yang lambat.
Pendidik hendaknya memahami hal ini agar ia dapat menolong siswa dengan
tingkat intelegensi yang kurang dengan cara yng sedemikian rupa agar
siswa tersebut dapat menerima materi ajar dengan baik sehingga tujuan
belajar dapat tercapai.
BAB III
PENUTUP
Dari bab pembahasan diatas maka disini kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
- Koneksionis berasal dari kata connect yang berasal dari bahasa
Inggris atau kata koneksi yang berasal dari bahasa Indonesia yang
berarti hubungan. Dalam teori ini koneksi / hubungan yang dimaksud
adalah hubungan antara stimulus dan respon. Dan yang termasuk contoh
dari teori koneksionis yaitu teori Thorndike, teori kongtiguitas dari
Guthrie, teori Hull, dan teori konditioning dari Skinner.
- Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Dan yang termasuk contoh dari
teori kognitif adalah teori gestalt serta teori sibernetik dan umpan
balik.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang individu adalah
Motivasi, Kedewasaan, Perbedaan-Perbedaaan Individu, Penguat,
Intelegensia.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
atau wawasan tentang Dasar-dasar Psikologik Pendidikan Jasmani, serta
penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi teman-teman atau mahasiswa lainnya.
Comments
Post a Comment