MAKALAH OLAHRAGA KARATE
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Karate Indonesia
Di
tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia
yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo.
Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M.
Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya
peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan
Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor
seni beladiri Karate di Indonesia.
Setelah
beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp.
Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do
Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan
juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga
Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan
internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian
mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan
peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan
ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran
Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan,
Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado
dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan
oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI)
yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo
Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T.
Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran
Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu
dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.
B. Tujuan
• Dapat mengetahui Tentang Karate
• Dapat mengetahui peraturan Karate
C. Rumusan Masalah
• Mengetahui cara cara melakukan pertandingan karate
• Mengetahui tata cara karate
• Bagai mana peraturan karate
D. Batasan masalah
Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada karate indonesia
• Dapat mengetahui Tentang Karate
• Dapat mengetahui peraturan Karate
C. Rumusan Masalah
• Mengetahui cara cara melakukan pertandingan karate
• Mengetahui tata cara karate
• Bagai mana peraturan karate
D. Batasan masalah
Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada karate indonesia
BAB II
ANALISIS
A. Pengertian Karate
Karate
atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya,
karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan
tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar.
Variasi belaan juga adalah lebih kepada kaedah mudah yang mana apabila
difikirkan secara mudah, karate adalah satu seni yang ringkas dan lebih
berpandukan kepada konsep 'tinju' teratur. Pandangan inilah yang menjadi
faktor kesilapan kepada persepsi seni karate itu sendiri.
B. Karate
Kempo
boleh dikenali dengan penggunaan tangan melurus kehadapan tanpa kekuda
menepi dimana setiap kaki yang menjadi kekuda (stance) adalah membuka
dari hadapan ke belakang dengan jarak yang kecil. Kedudukan menyerang
ini amat merbahaya kerana membolehkan pengamalnya bergerak dan
mengubahgerak kepada 9 arah berbeza yang hanya boleh dilakukan dengan
kaki yang berdiri tegak sahaja. Kebiasaannya, kedudukan tangan adalah
membengkok menghala kehadapan dan mudah untuk menyerang.
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang mutlak.
Konsep 'Zen' amat dipraktikkan oleh pengamal seni kempo dimana merosakkan bahagian yang digunakan untuk menyerang. Antara tumbukan yang merbahaya adalah 'tumbukan iai' iaitu tumbukan angin dimana ianya digunakan untuk memecahkan dibahagian dalam berbanding merosakan bahagian luar. Oleh itu, konsep karate lama ini amat sesuai digunakan bagi menentang pakar-pakar Muay Thai yang mempunyai tulang dan anggota badan yang kuat dan keras.
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang mutlak.
Konsep 'Zen' amat dipraktikkan oleh pengamal seni kempo dimana merosakkan bahagian yang digunakan untuk menyerang. Antara tumbukan yang merbahaya adalah 'tumbukan iai' iaitu tumbukan angin dimana ianya digunakan untuk memecahkan dibahagian dalam berbanding merosakan bahagian luar. Oleh itu, konsep karate lama ini amat sesuai digunakan bagi menentang pakar-pakar Muay Thai yang mempunyai tulang dan anggota badan yang kuat dan keras.
Kedudukan
tegap dan berubah mengikut arah juga amat sesuai bagi menentang
sebarang seni beladiri yang berbentuk kuncian dan tempur jarak dekat.
Kaedah untuk menyerang juga teleah disusun agar dapat digunapakai secara
meluas lagi berkualiti bagi memastikan agar sebarang serangan dibuat
kepada seni beladiri yang berbentuk menanti dapat ditangani dengan
berkesan. Humbanan juga dapat dikekang dengan mudah dan memang diketahui
oleh pengasas seni aikido seperti morehei usheiba mengetaui mengenai
perkara ini dan satu perjanjian dibuat bagi menghormati keharmonian seni
beladiri jepun dan sebarang pergaduhan antara pengamal kedua-dua pihak
haruslah disimpan dan dielakkan sama sekali.
1. Teknik Karate
Teknik
Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar),
Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga
diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung
(nunchaku).
1. Kihon
Kihon
secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus
menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan
Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan
bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa
dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
2. Kata
Kata
secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya
merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung
pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan
dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap
aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata.
Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata)
tiap aliran juga berbeda.
3. Kumite
Kumite
secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh
murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada
dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning).
Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite
yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran
olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk
aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas
kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam,
yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya
teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu
Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan,
termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang
titik vital.
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
4. Luas Lapangan
Lantai
seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan
ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada
tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan
menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya. Ramai pengamal karate tidak mengetahui bahawa di dalam karate, seni dan pergerakan yang ditawarkan adalah jauh lebih hebat dan unik daripada apa yang dipamerkan dewasa ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri yang harus terus dijaga keasrianya
5. Peralatan Karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
- Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
- Pelindung tangan
- Pelindung tulang kering
- Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
- Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
- Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
- Pelindung tubuh untuk kontestan putri
- Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
- Peluit untuk arbitrator/alat tulis
- Seragam wasit/juri
- Baju putih
- Celana abu-abu
- Dasi merah
- Sepatu karet hitam tanpa sol
- Papan nilai
- Administrasi pertandingan
- Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan:
Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn
selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak
diperkenankan.
6. Falsafah Karate
1. Rakka (Bunga yang berguguran)
Ia
adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud
setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap
agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri
sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua
bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada
orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh
menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup
kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan
itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk
membela diri.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep
ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah
dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah
untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda
itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat
melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya
dilontar batu kecil ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan
kabur.
7. Aliran Karate
Seperti
telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan
sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan
dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi
merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang.
Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh
Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu
gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah
serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung
linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu
pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju
memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di
Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya
popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke
Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi
memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang
sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai
pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga
Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar
para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima
pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang
bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran
Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari
banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai
40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di
Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan
memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan,
ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka
bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak
rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu,
sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian
dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga
mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu.
DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu
tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan
tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan
kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan
kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan
JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan
peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu
tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:
1. Kyokushin
Kyokushin
tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi,
aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta
turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun
1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact
kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya
dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan
(budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate
paling keras. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100
orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100
kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan
kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan
5-10 kumite berturut-turut.
2. Shorin-ryu
Aliran
ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh
Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu,
seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin
Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan
Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok
adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti
Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
Aliran
ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari
beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar
beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan
dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian,
terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Karate
atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya,
karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan
tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
Serangan
biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan
belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang
mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci.
Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan
tidak mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang
diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan
seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya
B. Saran
Bela
diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan
binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk
dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai
timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin
meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga
dari gangguan orang lain.
Comments
Post a Comment