MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN



MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN

Pembelajaran Menulis Argumentasi dengan Model Point Counter Point
Liana
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 12 Palembang
ABSTRAK
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produkif sehingga dengan menulis siswa dapat menghasilkan sesuatu yang berupa pesan ataupun informasi kepada orang lain. Dalam keterampilan menulis terutama menulis argumentasi diperlukan pengungkapan ide-ide agar dapat mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (Keraf: 2007). Model Point CounterPoint merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis argumentasi. Dengan PCP siswa dituntut untuk mengeluarkan pendapatnya disertai dengan fakta dan alasannya. Dalam makalah ini dibahas mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan model Point Counter Point.
Kata kunci: menulis argumentasi, model Point Counter Point
A. Pendahuluan
Berbahasa adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek keterampilan bahasa. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat mengungkapkan apa yang ada di pikirannya secara jelas dan komunikatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap orang pasti memiliki kemampuan berbahasa guna menunjang komunikasinya sehari-hari. Hal senada didukung oleh Chomsky (dikutip Sunarto dan Hartono, 2006: 14) yang menyatakan “setiap orang dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa.”Aspek-aspek keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 1994:1).
Dewasa ini keterampilan menulis sangatlah penting sebab keterampilan menulis merupakan keterampilan yang dominan dalam proses pembelajaran di sekolah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produkif sehingga dengan menulis siswa dapat menghasilkan sesuatu yang berupa pesan ataupun informasi kepada orang lain. Senada dengan hal tersebut Tarigan menyebutkan bahwa keterampilan menulis jelas sangat dibutuhkan dalam kehidupan di era globalisasi saat ini, bahkan tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar (Tarigan, 1994: 4).
Menulis bukanlah suatu proses sekali jadi. Misalnya dalam pengungkapan ide atau pendapat, seseorang membutuhkan waktu lebih lama untuk menyampaikan apa yang dimaksudkannya dalam tulisan dibanding secara lisan. Pengungkapan ide atau pendapat dalam bahasa Indonesia inilah yang dikenal dengan argumentasi. Secara lengkap, seperti yang diungkapkan oleh Keraf (2007:3) yang menyatakan karangan argumentasi adalah:
“suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis.”
Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Dalam pembelajaran keterampilan menulis khususnya di kelas VIII sekolah menengah pertama terdapat satu materi, yakni menulis karangan argumentasi. Masalah penulisan karangan argumentasi ini sering muncul yakni pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menulis (mengarang). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bahasa Indonesia SMPN 19 Palembang, ditemukan kelemahan siswa dalam menulis berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) tidak sesuainya antara topik dan isi tulisan; (2) belum dapat menuangkan gagasan atau pikiran dengan baik ke dalam kalimat; (3) belum ada keterkaitan antarkalimat; (4) sering terdapat kalimat dengan ide yang tumpang tindih dan rancu; (5) belum ada koherensi antarparagraf; (6) penggunaan ejaan dan tanda baca yang tidak tepat.
Berdasarkan pemaparan tersebut, masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana menulis argumentasi dengan menggunakan model pembelajaran Point CounterPoint.
Makalah ini juga bertujuan untuk memaparkan bagaimana pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan model pembelajaran Point CounterPoint.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dalam mengajar, terutama menulis argumentasi. Selain itu pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan model Point CounterPoint juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis argumentasi agar lebih produktif lagi.
B. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Menulis Argumentasi
Menulis bukanlah merupakan suatu proses sekali jadi. Menuangkan gagasan secara tertulis dapat dianalogikan dengan merangkai bunga atau membingkiskan kado untuk orang lain. Rangkaian bunga atau bingkisan kado mewujudkan sesuatu yang jadi, utuh, dan lengkap. Demikian juga bila kita membingkiskan suatu gagasan, bingkisan gagasan itu harus merupakan tulisan yang jadi, utuh, dan lengkap. Tentu saja proses menuangkan gagasan ini berkaitan erat dengan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir dalam otak kita. Oleh karena itu, dalam menulis dibutuhkan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus- menerus agar keterampilan menulis tersebut dapat terasah dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menuntut kemampuan penggunaan pola-pola bahasa untuk mengungkapkan suatu gagasan, perasaan, pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Gagasan dan pikiran inilah yang diharapkan dapat terungkap dengan lebih baik lagi oleh siswa setelah diterapkannya metode dalam penelitian ini.
Menurut Keraf (1995:6-7) berdasarkan tujuannya, karangan-karangan yang utuh dapat dibedakan atas: (1) eksposisi; (2) argumentasi; (3) persuasi; (4) deskripsi; (5) narasi. Hal senada juga dijelaskan oleh Suparna dan Yunus (2008:1.11) yang menyebutkan bahwa karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Akan tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya karangan argumentasi.
Karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Melalui karangan argumentasi penulis berusaha menunjukkan fakta-fakta dan memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan (Keraf, 2003: 13)
Dalam penelitian ini digunakan teknik pembelajaran menulis argumentasi dengan menggunakan model Point CounterPoint. Pemilihan model Point Counter Point dapat dipandang sebagai usaha untuk meningkatkan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi siswa karena lebih menekankan pada kekreatifan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang disajikan, lalu diungkapkan berdasarkan pikiran atau gagasan mereka masing-masing dalam bentuk karangan argumentasi.
2. Model Point CounterPoint
a. Konsep model Point Counter Point
Model Point CounterPoint (PCP) merupakan model pembelajaran dengan teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks ( Hamruni, 2011: 164). Format PCP ,mirip dengan sebuah perdebatan namun tidak terlalu formal dan berjalan lebih cepat.
Suprijono ( 2011: 99) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran Point CounterPoint merupakan metode yang dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Oleh karena itu yang harus diperhatikan lebih lanjut yaitu mengenai materi pelajaran. Suatu cara
dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk aktif berargumen (mengajukan ide-ide, gagasan) dari persoalan yang
muncul atau sengaja dimunculkan dalam pembelajaran sesuai dengan
aturan-aturan yang ada.
Dalam hal ini materi pelajaran yang digunakan untuk merangsang diskusi peserta didik ialah mengenai isu-isu kontroversi yang memiliki paling sedikit dua perspektif. Artinya setiap materi yang akan didiskusikan memiliki dua sudut pandang yang

Comments