Makalah Filsafat Pendidikan
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil
‘alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, namun penulis
menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih
banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan
kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya,
kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah
ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan, dalam
makalah ini penulis membahas mengenai “Filsafat
Pendidikan”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu
sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
- Kepada Dosen Mata Kuliah Landasan Pendidikan Ibu Iis Juwitasari yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
- Kepada orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada kami baik secara moral maupun material.
- Kepada teman-teman yang telah memberi dorongan dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir
kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Ciamis,
November 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Maksud dan tujuan
1.4.
Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Filsafat
2.2.
Definisi Filsafat Pendidikan
2.3.
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
2.4.
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
2.5.
Epistimologi dan Ontologi
2.6.
Beberapa Aliran Filsafat Pendidikan
BAB
III PENUTUP
3.1.
Simpulan
3.2.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di zaman Yunani, filsafat bukan
merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup
yang kongkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusia dan tentang
alam yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan kehidupan
atau perkembangan peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian
yang bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan
kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran peradaban itu
telah menyebabkan manusia melakukan loncatan besar dalam bidang sains,
teknologi, kedokteran dan pendidikan.
Perubahan itu mendorong manusia
memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan
dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena
antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan
timbal balik.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan
potensi-potensi manusiawi peserta didik. Karenanya pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan filsafat
pendidikan ?
2.
Apa saja ruang lingkup filsafat
pendidikan ?
3.
Hubungan filsafat dengan filsafat
pendidikan ?
4. Apa
yang dimaksud dengan epistimologi dan ontologi ?
5. Apa
saja aliran-aliran dalam filsafat pendidikan ?
1.3.
Maksud dan Tujuan
Maksud
dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat memahami secara
menyeluruh mengenai filsafat pendidikan. Selain itu, tujuan dari dibuatnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan agar
mahasiswa mendapatkan nilai.
1.4.
Manfaat
- Mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh mengenai filsafat pendidikan.
- Sebagai bekal mahasiswa untuk menjadi seorang pendidik agar dapat menghadapi masalah dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari dua suku
kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang
berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang
berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia.
Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan.
Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sifat seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
2.2. Definisi Filsafat
Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan
dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
mencapainya. Dalam hal ini, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman
kemanusiaan merupakan faktor yang integral. Filsafat pendidikan juga bisa
didefinisikan sebagai kaidah filosof dalam bidang pendidikan yang menggambarkan
aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara peraktis.
Menurut Jhon Dewey, filsafat pendidikan
merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fudamental, baik yang
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju
tabiat manusia.
Menurut Imam Barnadib filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidilkan. Baginya filsafat pendidikan
merupakan aplikasi suatu analisis filosof terhadap pendidikan.
Dengan demikian, dari uraian di atas
dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah
norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan
oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
Filsafat, jika dilihat dari fungsinya
secara peraktis, adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan
berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika
dalam pendidikan. Oleh karena itu di simpulkan bahwa filsafat merupakan arah
dan pedoman atau pijakan dasar bagi ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan
analisis filosofis dalam lapangan pendidikan .
2.3. Ruang Lingkup Filsafat
Pendidikan
Dalam pengertian yang luas, filsafat
bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai
konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan
kebahagian dan kesejahteraan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang
komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik
material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak
terbatas.
Secara makro, apa yang menjadi objek
pemikiran filsafat, yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan
alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan.
Namun secara mikro, ruang lingkup
filsafat pendidikan meliputi:
-
Merumuskan secara tegas sifat hakikat
pendidikan (the nature of education)
-
Merumuskan sifat hakikat manusia,
sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man).
-
Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat,
filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
-
Merumuskan secara hubungan antara
filsafat, filsafat pendidikan, teori dan pendidikan.
-
Merumuskan hubungan antara filsafat
negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem
pendidikan)
-
Merumuskan sistem sistem nilai-norma
atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, dari uraian di atas
diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan
ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan
memahami hakikat pendidikan yang baik dan bagai mana tujuan pendidikan itu
dapat dicapai seperti yang di cita-citakan.
2.4. Hubungan Filsafat dengan
Filsafat Pendidikan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup
oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi
semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat
pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh satu
bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai
suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma
tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya
pendidikan dan proses tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosogis
dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.
Hubungan antara filsafat dan filsafat
pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan
pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran
teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan
tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat,
filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia.
Filsafat menetapkan ide-ide, idealisme,
dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi
kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia.
Kilpatrik mengatakan, berfilsafat dan mendidik adalah dua face dalam satu
usaha; berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan
cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha mereliasasikan
nilai-niali dan cita-cita itu dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik
ialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan
generasi muda, untuk membimbing rakyat, membina nilai-nilai dalam kepribadian
mereka, demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannya
dalam kehidupan mereka.
Lebih lanjut, Burner dan Bruns
mengatakan secara tegas bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat yaitu
untuk membimbing ke arah kebijaksanaan. Oleh kerena itu, dapat dikatakan bahwa
pendidikan adalah reliasi dari ide-ide filsafat; filsafat memberi asas
kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah
melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas pendidikan. Jadi,
filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.
Dari uraian di atas, diperoleh hubungan
fungsional antara filsafat dan teori pendidikan berikut:
-
Filsafat, dalam arti filosofis,
merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teorinpendidikan oleh para ahli.
-
Filsafat, berfungsi memberi arah begi
teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki
relevansi dengan kehidupan yang nyata.
-
Filsafat, dalam hal ini filsafat
pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
2.5. Epistimologi dan Ontologi
Epistimologi
Yang dimaksud
dengan epistimologi ialah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah :
1. Batasan kajian ilmu : secara ontologis ilmu membatasi
pada Pengkajian objek yang berada dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji
daerah yang bersifat transcendental.
2. Cara menyusun pengetahuan : untuk mendapatkan pengetahuan
menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan
metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis dan
aksiologis ilmu itu sendiri
4. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan
berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu
gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan
yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut.
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan
menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis :
a. lmu eksakta : deduktif,
rasio, kuantitatif
b. Ilmu sosial : induktif, empiris, kualitatif
Ontologi
Ontologi ialah
hakikat apa yang dikaji atau ilmunya itu sendiri. Seorang filosof yang bernama
Democritus menerangkan prinsip-prinsip materialisme mengatakan sebagai berikut
:
Hanya
berdasarkan kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dingin itu
dingin, warna itu warna. Artinya, objek penginderaan sering kita anggap nyata,
padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata.
Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah
merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan
pancaindera.
Ilmu merupakan
pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam semesta ini seperti adanya, oleh
karena itu manusia dalam menggali ilmu tidak dapat terlepas dari gejala-gejala
yang berada didalamnya.
Dan sifat ilmu
pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam mememecahkan masalah tidak
perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang memberikan pedoman terhadap
hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini. Sekalipun demikian sampai tahap
tertentu ilmu perlu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi. Sebagai
contoh, bagaimana kita mendefinisikan manusia, maka berbagai penegertianpun
akan muncul pula.
Sedang ilmu
politik akan menjawab bahwa manusia ialah political animal dan dunia pendidikan
akan mengatakan manusia ialah homo educandum.
2.6. Beberapa Aliran Filsafat
Pendidikan
Berikut aliran-aliran dalam filsafat
pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa
realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang
diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini
memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan
baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael
Kant, David Hume, Al Ghazali.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme merupakan filsafat yang
memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas
ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dn mengetahui di satu pihak dan
di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan
objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles,
Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo,
David Hume, John Stuart Mill
3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa
hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa
tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai
filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme
Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Beberapa tokoh yang menganut
filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey,
Heracleitos.
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada
pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan
kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan
manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa
tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber,
Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.
6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan
bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan suatugerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan
pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle,
william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
7. Filsafat Pendidikan esensialisme
Esensialisme adalah suatu filsafat
pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada
trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan
progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum
muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick
Breed dan Isac L. Kandell.
8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam
pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi
dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu
perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan
ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
9. Filsafat Pendidikan
rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme merupakan
kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori
oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat
baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:
Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
BAB III
PENUTUP
1.1. Simpulan
Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan,
dan memadukan proses pendidikan. Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan
pemikiran manusia yang komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan
benar-benar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi,
filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.
1.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami
selaku penyusun tentunya mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan
baik dala ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa
yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, di
karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.
Seperti ada pepatah mengatakan : “ Tak ada gading yang tak retak “.
Maka dari itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya
sehingga makalah berikutnya lebih sempurna dari pada makalah sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http:// www.google.com
http:// forum.indonesiamengajar.org
Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan - Forum Indonesia
Mengajar
Comments
Post a Comment